Jumat, 13 November 2015

semua tentang vespa



Vespa adalah merek sepeda motor jenis skuter yang berasal dari Italia. Perusahaan induk dari Vespa, adalah Piaggio. Pada awal kedatangannya Vespa mempunyai saingan berat skuter Lambretta, sekarang otomatis Vespa sebagai motor skuter konvensional tidak mempunyai saingan lagi. Pasar sepeda motor Indonesia yang unik tidak memberikan kesempatan kepada Vespa untuk menjadi besar. Merek yang diedarkan oleh PT Dan Motor Indonesia ini mempunyai penggemar fanatik, dan klub-klub penggemar Vespa (terutama Vespa klasik) menjamur diberbagai kota di Indonesia, Juga sering disebut Piaggio Kodok karena mirip VW Kodok.dan vespa menjadi salah satu alat transportasi yang modern sampai saat ini. Vespa juga termasuk alat transportasi yang ekonomis, karena harganya yang relatif murah tapi tetap berkualitas. akhir-akhir ini pula vespa mulai mengeluarkan produk baru nya yaitu vespa matic.
Piaggio dibangun oleh pemuda berusia 24 tahun bernama Rinaldo Piaggio di 1884 dengan memproduksi kapal mewah, kereta, mesin hingga body truk. Terjadinya Perang Dunia 1 membawa perubahan terhadap aktivitas Piaggio selama beberapa decade. Mereka mulai memproduksi pesawat dan seaplanes alias pesawat yang memiliki kemampuan mendarat di atas air. Untuk menunjang produksinya, mereka membutuhkan fasilitas produksi yang lebih banyak. Di 1917 Piaggio membangun pabrik baru di Pisa, diikuti oleh pabrik di Pontedera empat tahun berikutnya. Sebelum dan sesudah Perang Dunia II, Piaggio menjadi salah satu produsen pesawat terbaik di Italia sebelum akhirnya pabriknya hancur akibat perang.

Lepas perang berakhir, Putra Rinaldo Piaggio, Enrico dan Armando membangun kembali pabrik di Pontedera yang luluh lantah. Setelah membawa mesin dari pabrik Biella, Enrico kembali memproduksi sebuah produk yang fokus terhadap mobilitas personal. Dia menggunakan sebagian intuisinya untuk mengembangkan kendaraan dengan desain luar biasa berkat tangan dingin insinyur aeronautika, Corradino D’Ascanio. Vespa – yang dalam bahasa Italia berarti Lebah merupakan buah dari determinasi Enrico Piaggio yang bersikeras untuk membuat sebuah produk dengan biaya rendah.

Selama lebih dari 6 dekade mendominasi segmen skuter, Vespa hingga saat ini menjadi contoh unik industri desain yang tidak akan pernah mati. Berkat inovasi baik teknologi maupun desain yang telah dituangkan telah membuat produk Vespa lambat laun berubah dari sebuah produk transportasi menjadi salah satu bagian dari sejarah sosial.

Vespa merupakan simbol dari kreativitas ala Italia yang termashyur di seluruh dunia yang dibuktikan oleh kesuksesan penjualan dari tahun ke tahun. Vespa juga terkenal sebagai salah satu merk yang bernaung di bawah payung Piaggio Group yang bermarkas di Pontedera (Pisa) dan menjadi salah satu pimpinan manufaktur roda dua di dunia.

Piaggio Group secara global memiliki beberapa pabrik, antara lain: Pontedera (Pisa) yang memproduksi merk Piaggio, Vespa dan Gilera; Scorze (Venice) tempat memproduksi Aprilia dan Scarabeo; Mandello del Lario (Lecco) untuk merk Moto Guzzi; Baramati (India) yang memproduksi light-commercial vehicles roda tiga dan empat untuk pasar India; dan Vinh Phuc (Vietnam) tempat pembuatan skuter Vespa untuk pasar lokal dan ASEAN. Rentang produksi Piaggio Group meliputi skuter, sepeda motor dan moped mulai dari kapasitass 50 hingga 1.200 cc yang dijual dibawah merk Piaggio, Vespa, Gilera, Aprilia, Moto Guzzi, Derbi dan Scarabeo. Piaggio Grup juga merupakan manufaktur untuk light commercial vehicles roda tiga dan empat dengan merk Ape, Porter dan Quargo

PT. Danmotor Vespa Indonesia (DVI/Danmotor) adalah produsen Vespa terbesar di Asia Tenggara sekaligus mata rantai yang tak terpisahkan dari sejarah Vespa di dunia. perusahaan ini didirikan tanggal 27 Juli 1970 dan kemudian berhenti berproduksi tahun 2007. Ada 2 artikel tentang detail PT Danmotor yang jarang diketahui orang. Pertama dari artikel Otomotif edisi majalah (edisi khusus) 03 tahun 2002 halaman 18 dan artikel kedua dari majalah MotoRiders edisi ke-26 bulan April 2003 halaman 70, saya ambil dari forum Vespa Indonesia Online (VIO) yang sebelumnya saya ketik sendiri dengan username saya sendiri. Semoga artikel ini berguna bagi kita semua.

RESMINYA (VESPA)DATANG KE INDONESIA
 Awal kehadirannya di Indonesia agak sulit dilacak. Sejak 1963, 
Indonesia mengirim pasukan perdamaian di bawah naungan PBB. Negara ujuan Kongo, Afrika Selatan. 
Sekembalinya dari benua hitam tersebut, para tentara membawa 'oleh-oleh' vespa. 
"Tipenya Classic, kapasitasnya 150 cc", papar Roni Rasidi, pebengkel spesialis vespa di jl.Wijaya Timur, Jaksel. Pada pertengahan 1965, beberapa importir mendatangkan vespa langsung dari Itali (Build Up). 
Beberapa nama sampai saat ini masih terus 'bermain', salah satunya adalah PT Gunung Slamet (GS). 
"Yang impor ayah saya, saat itu saya masih sekolah. Tipe yang pertama kali diimpor Sprint dan Super.
 Cuma saya enggak ingat berapa unitnya", bilang Phillip, direktur PT GS di kawasan jalan Sukarjo Wiryopranoto, Jakarta Pusat.
 Dengan berkembangnya pasar, 

pada 27 Juli 1970, PT DanMotors Vespa Indonesia (DVMI) didirikan sebagai agen tunggal pemegang merk (ATPM). 

Saat itu PT DVMI mendatangkan komponen secara semi knock-down. 
Sembilan tahun kemudian (1979), didirikan PT ICCO Murni Indonesia (IMI) dan perusahaan ini memproduksi komponen dan cetakan bodi, serta machining vespa. 
Sepuluh tahun kemudian (1989), IMI bergabung dengan DVMI. Lalu sejak 1992 DVMI telah memproduksi 

komponen mesin. 
"Tujuannya penghematan devisa dan adanya peraturan pemerintah untuk menggunakan penggunaan komponen lokal", tambah Gershy Singgih, Senior Manager Commercial PT DVMI.
SPECIAL REPORT PLANT TOUR PT. DANMOTOR VESPA INDONESIA
Kapasitas produksi hanya puluhan unit per hari. kondisi ini justru memantapkan quality control. Produk prima menjadi andalan vespa mempertahankan pasar scooter.

Sebelum era motor cub (bebek) di Indonesia, scooter menjadi pilihan utama kendaraan harian yang andal, praktis, dan efisien. Pada dekade 1970-1980an, 
PT Danmotor Vespa Indonesia (DVI), ATPM Vespa/Piaggio ini mengalami masa keemasan. Jumlah produksi 500an unit per hari ludes terserap pasar. 
Hasil yang dipetik, DVI dapat memodernisasi pabrik di pulogadung Jakarta, termasuk mengirim karyawan "berguru" ke Italia, negara asal Vespa/Piaggio. Seiring gencarnya penetrasi pabrikan jepang dengan varian bebek, reputasi scooter pun surut. ditambah terpaan krisis moneter 1997/1998, DVI mengalami pukulan dahsyat.
 Rasionalisasi dan perampingan usaha pun tidak terhindari (PHK). Termasuk "menyewakan" sebagian unit pabrik untuk kebutuhan kawasaki. Praktis DVI bagaikan small company. Secara kalkulasi, produksi sekarang yang berjumlah 500an unit sebulan jauh dari ideal.
 Untunglah DVI pabrik lengkap (walau hanya) dengan 200an SDM andal, jaringan distribusi dan layanan after sales merata. keuntungan lain, rendahnya rasio pekerja dengan kapasitas produksi memungkinkan kontrol kualitas secara sempurna. Untuk bahan baku dipilih yang terbaik. Aluminium diimpor dari Australia, Lembaran besi dari jepang, meski sebagian ada hasil produksi PT. Krakatau Steel, Cilegon.
 "Bahan lokal juga baik", tegas Rudy P.Siahaan, Manager Service and Parts DVI. (namanya kq mirip2 bro rudymarcomin ya bro, hehehee becanda). sekecil apa pun kesalahan produksi komponen, langsung dinyatakan reject dan haram dipakai," ujar Rudy saat menemani Motoriders berkeliling pabrik Danmotor, Senin (10/3) lalu. proses produksi menerapkan prinsip ban berjalan.
 intinya terbagi dalam tiga bagian dan semuanya dengan dukungan peralatan dan mesin yang memadai meski sebagian berasal dari tahun 1980an. Pada unit "die casting" terdapat mesin berdaya tekan 700 ton. di sini diproduksi komponen pendukung seperti handle bar,brake drum, cylinder head, clutch side, sampai fly wheel. Jumlahnya mencapai 15.000 kepin per bulan, sebagian untuk onderdil. Pada bagian "metal stamping", ada mesin heavy press bertekanan 400 ton. Di sini dibuat ratusan item komponen. umumnya untuk melengkapi sektor bodi dan rangka seperti cover atau dek depan, cover samping, dsb.
 Satu unit lagi khusus membuat bagian yang terpenting seperti blok mesin dan crankcase. Di sini reject sering terjadi karena tuntutan presisi tinggi. sedikit hitungan meleset akan mengganggu performa scooter," jelas Rudy. Selanjutnya ke "assembly shop", pada unit ini semua komponen disatukan dengan sistem pengelasan maupun pembautan biasa. khusus bodi dan frame, menempuh proses bonderizing untuk menghilangkan kotoran dan karat sebelum pengecatan.
 Di saat bersamaan, komponen mesin dirangkai. Sebagian besar "jeroan" mesin memang masih impor. Dapur pacu ini kemudian dicoba satu per satu, tanpa kecuali. satu mesin dijaga satu karyawan untuk menjamin segalanya sempurna. 
(kyk buat ferarri ya bro, one man one car. hehee).

 Seluruh komponen lalu disatukan hingga terbentuk bodi utuh. Proses ini berlangsung pada satu jalur. Setiap scooter menempuh final inspection. hanya yang sempurna yang layak dipasarkan. jika ditemui kesalahan harus diperbaiki. Meski hanya membuat dua varian , Excel dan Exclusive,prosesnya terkesan lambat. "tapi hasilnya sempurna, terbukti dari sedikitnya keluhan konsumen pemakai vespa, meski sudah memakai selama bertahun-tahun," bangga Rudy. 
  Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Vespa

Minggu, 25 Oktober 2015

sejarah vespa konggo

VESPA MASUK KE INDONESIA
Vespa masuk ke Indonesia pada tahun 1960 melalui ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) PT Danmotors Vespa Indonesia/DVI di Pulo Gadung Jakarta yang sekarang sudah tidak aktif lagi (sekarang dipegang oleh PT Sentra Kreasi Niaga/SKN sebagai dealer utama saja. Note: Bukan importir atau distributor eksklusif).

VESPA KONGO
Vespa Kongo adalah vespa penghargaan dari pemerintah Indonesia kepada kontingen Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Kongo saat itu. Pasukan bernama Kontingen Garuda (disingkat KONGA atau Pasukan Garuda) yang turut diperhitungkan di dunia dibandingkan pasukan perdamaian negara lain itu adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957. Awalnya, saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab dan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Liga Arab, Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.

Pada 1956 itu, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.

KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 1.074 orang, bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.

KONGA III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.

Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Vespa (sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit). Di pasaran diketahui adanya vespa Kongo tahun 1963 untuk kontingen 2 dan 3. Kurang diketahui apakah kontingen 1 juga mendapatkannya, karena informasi semacam ini tidak mudah didapat. Yang menarik dan tidak diketahui banyak orang, pemberian vespa tersebut tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan. Vespa berwarna hijau 150cc ditujukan bagi tentara yang lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan biru 125cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.

Selain itu guna membedakan vespa tersebut dari vespa lain yang satu tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya. Maka berseliweranlah vespa-vespa tersebut di jalan-jalan sehingga vespa dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai vespa Kongo, sementara sebagian lain justru menyamaratakan dengan nama vespa ndog (telur) karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.

Vespa Congo tidak diproduksi di Italia melainkan di Jerman. Dengan berbahan baku plat baja yang lebih keras daripada Vespa bulat umumnya, vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan Italia yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).

Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa ke Jerman. Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955 karena Hoffmann mendesain model sport sendiri. Kemudian vespa bekerjasama dengan Messerschmitt Co. yang kemudian mengeluarkan produksi vespa pertamanya pada tahun 1955 itu juga. Mereka mengeluarkan dua model yaitu Vespa GS yang di Indonesia sering disebut sebagai GS versi Jerman dan 150 Touren. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann. Kerjasama ini berlanjut hingga akhir tahun 1957. Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri pada tahun 1958 sebagai sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt. Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia.

Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren dan GS) kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan saat puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Selanjutnya, Jerman memilih hanya mengimpor Vespa langsung dari Itali.

Ciri khas Vespa Congo :

1. Spakboard bulat tidak ada sambungannya seperti vespa umumnya.
2. Ring (pelek/teromol) 10 inchi.
3. Punya tonjolan seperti tombol/saklar di sambungan koplingnya (posisi setang sebelah kiri).
4. Spidometer kotak & agak besar (berbeda dengan spidometer VNA/VNB).
5. Ada lambang garuda di body depan sebelah kiri (sekarang jarang yang ada).
6. Di atas spidometer ada lampu kecil seperti lampu cabe.
7. Nomor mesin diawali dengan kode VGLB.
8. Pada BPKB tercantum tulisan ex Brigade Garuda III.

sumber:http://ayazcuu.blogspot.com/2011/12/sekilas-sejarah-vespa-in-indonesia.html

vespa gembel

vespa gembel
Hati-hati, revolusi sedang berlangsung di berbagai kota yang ada di Indonesia. Hah….!  Betul, tetapi revolusi “Vespa Gembel”. Terbentuknya grup-grup Vespa Gembel di berbagai kota, bukan menunjukkan kalau pemiliknya gembel, tetapi hanya merupakan sikap mental, melawan kemapanan. Memang kalau kita amati, diam-diam sedang terjadi revolusi di berbagai kota melawan kemapanan. Misalnya munculnya kelompok anak-anak “Punk”, lalu Vespa Gembel, Geng Motor  dan entah nanti apa lagi.
Ingatan jadi melayang pada era tahun 70 sampai 80-an. Dunia dilanda komunitas Hipies, yang hidup menggelandang di kota-kota besar, bak masyarakat Gypsi. Hidup di tenda-tenda di sembarang tempat, mengcuhkan semua aturan, hidup bebas, termasuk free-sex, hanya untuk melawan sistem yang telah ada: kemapanan! Namun dengan perjalanan sang waktu, mereka hilang dengan sendirinya.
Nah, apakah munculnya anak-anak Punk dan kelompok Vespa Gembel juga meniru seperti itu? “Ya, kami sebagai komunitas juga butuh diperhatikan oleh masyarakat kita yang semakin acuh tak acuh dan hanya mengaggungkan kelompoknya sendiri saja. Di luar kelompok mereka dianggap salah, bahkan diseblak,” tutur Sutarno (28) penduduk Bongsari, Semarang, Jawa Tengah, yang bangga dengan Vespa Gembelnya dan tergabung dalam “Scooter Butut Club”.
Pernyataan itu ada benarnya juga. Ketika mereka melintas di jalan raya dengan Vespa Gembelnya, semua mata tertuju pada dirinya. Ada rasa bangga, dan sepertinya eksitensinya mereka diakui masyarakat. Inilah salah satu bentuk revolusi melawan kemapanan. Disamping itu juga ada unsur kreativitas, urakan (meminjam istilahnya WS Rendra), dan tanpa aturan.
Motor vespa, atau yang dulu dikenal dengan sebutan scooter, yang sudah tua dan teronggok sia-sia, dirubah penampilannya oleh mereka. Kadang dikerjakan sendiri dalam modivikasinya, tetapi banyak juga yang menggunakan jasa bengkel setempat. Setelah disulap sesuai selera, vespa itu ada yang diselubungi daun, jala, ditempeli kaleng-keleng bekas, di depannya ditempelkan tengkorak kepala hewan bertanduk, dan lain-lain. Pokoknya, tampilannya dibuat ancur-ancuran. Karena itulah disebut sebagai vespa gembel, hasil modifikasi para penggemarnya.
Begitu melihat vespa yang mereka kendarai, terlihat beda dengan tampilan vespa pada umumnya. Ada yang bodynya dibuat pendek banget, malahan sebaliknya ada yang dibuat memanjang bak ular naga
. Tampilannya jadi aneh. Komunitas Vespa Gembel, ada yang menyebut diri “kelompok motor nyentrik”, atau “aliran vespa ekstrim” atau ada pula yang menamakan “komunitas vespa butut”. Sementara orang luar mengenalnya sebagai Vespa Gembel.
Tampilan sengaja dibikin hancur lebur, kayak rongsokan. Hanya mesin yang performanya dibikin bagus. Dari mulai dudukan toilet, angkoran sapi, sampai binatang yang sudah diawetkan dengan dair keras, bisa ikut menghiasi. Singkat kata, tak ada batasan. Terserah imajinasi yang punya vespa. Termasuk modifikasi, ukuran panjang vespa.
Ngak tau kebetulan atau bukan, tampilan vespa yang berkesan urakan tapi dengan mesin yang siap buat dibawa jalan jauh, seperti mencerminkan kepribadian para penggemarnya, yang terkesan cuek dan bebas dari aturan. Namun didalam hatinya sangat menjunjung persahabatan. Mereka seperti sang pengembara dalam film “ Mad Max”, mengembara dengan vespa kesayangan dari kota ke kota, adalah salah satu wujud betapa vespa menjadikan hidup mereka penuh warna. Dalam perjalanan itu juga, solidaritas yang ada di antara sesama pengguna vespa nyentrik itu, bisa terwujud. (daniswari)
                                      ----------------------------------------
GEMBEL, TAPI CINTA LINGKUNGAN
Jangan heran kalau  melihat tampilan sebuah Vespa kumal, dengan gantungan kaleng bekas oli, kaleng minuman, botol plastik, potongan kain, spanduk kumal, jerami, sampai celana dalam, sering kita temui melintas di jalanan. Kendaraan bermotor seperti itu tentu membuat penilaian yang beragam di masyarakat. Bagaimana tanggapan para pecinta sepeda motor jenis skuter  vespa itu,  atas tudingan yang dianggap miring tersebut? Yang jelas, mereka yang menjalaninya, cuek atau acuh tak acuh saja.
Suatu siang yang cerah,  suara knalpot sember memecah suasana di jalan utama kota  Semarang. Hampir semua mata di sekitarnya mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Sebuah kendaraan bermotor jenis Vespa penuh dengan ”hiasan” sampah melintas pelan. Kecepatannya tak sebanding dengan suaranya yang kencang memekakkan telinga. Kendaraan yang berjalan tak lebih dari 40 kilometer per jam itu hendak menuju Ungaran, Kabupaten Semarang. Pengendaranya seorang lelaki muda berboncengan dengan cewek cantik. Di tempat duduk paling belakang, terlihat  gulungan karpet yang terlipat rapi.
Jika diamati lebih dekat, kendaraan bermotor tersebut ternyata sebuah  Vespa rombeng tahun 1970-an  yang sudah dimodifikasi sesuka mereka   Vespa dirombak sedemikian rupa, shingga bentuknya jadi aneh. Setang tinggi menjulang yang biasa disebut setang monyet, karena pengendaranya terlihat seperti monyet sedang menggelayut di batang pohon. Tetapi pengendara  dan yang diboncengkan enjoy saja.
Perombakan Vespa seperti itu memang macam-macam. Ada yang menambahi gerobak atau sespan di sampingnya. Ada pula yang menceperkan dan memanjangkan badan vespa hingga bermeter-meter, ada yang 2 meter, ada pula yang sampai 8 meter. Edan tenan. Memang ciri khusus Vespa Gembel adalah kotor dan penuh cantelan barang bekas atau sampah. Maklum, penggemarnya sengaja tidak mencucinya berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tampilan vespa makin terlihat kumuh karena penggemarnya kerap menempelkan aneka ”sampah” sebagai aksesori. Mulai dari karung goni, drum bekas, galon air, sandal jepit, CD, selongsong mortir, botol infus, tengkorak sapi, hingga celana dalam, batu nisan dan lain-lain. Jika dibilang sebuah sepeda motor, sepertinya sudah ”menyalahi kodrat”.
Namun, tudingan masyarakat yang beragam seperti tidak menaati peraturan lalu lintas, atau kotoran berjalan, dianggap angin lalu oleh mereka. Namun, sikap mereka ternyata tak sekumuh penampilannya. Mereka tetap menaati peraturan yang berlaku di jalan. Sopan bila diajak bicara, dan disetiap tempat, pemberhentian, selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Komunitas Vespa Gembel, ada di berbagai kota di Indonesia. Khusus di Semarang, ada Komunitas Vespa Orang Semarang (VOS). Kelompok ini bermarkas di Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Mereka tidak mau disebut sebagai grup Vespa Gembel, tetapi menyebut diri sebagai kelompok Kendaraan Vespa Ekstrem.
Pengurus VOS Hari Setyawan (22) menjelaskan, komunitas yang berdiri tahun 2001 ini sudah ”kebal telinga” disebut sebagai komunitas preman, gembel atau tidak patuh terhadap hukum. Terutama kepada delapan anggotanya yang memakai vespa ekstrem. Sebutan itu justru membuat komunitas yang memiliki 25 anggota ini makin eksis dan dikenal hingga ujung pulau Sumatera dan Bali. ”Kami juga manusia biasa yang memiliki akal, pikiran dan hati nurani. Jangan asal melihat dari penampilan saja. Surat-surat kendaraan kami lengkap, kami warga yang taat terhadap hukum,” ujarnya.
Mengembara dengan vespa kesayangan dari kota ke kota adalah wujud betapa vespa menjadikan hidup mereka penuh warna. Dalam perjalanan itu juga, solidaritas di antara sesama pengguna vespa nyentrik itu terwujud. Saling melambaikan tangan atau hormat antarpengendara sebagai ciri khas yang konon tak pernah dilakukan oleh pengendara motor lainnya. Bahkan, saat pengendara vespa melihat ada pengendara vespa lainnya mogok di pinggir jalan, meski belum saling mengenal, mereka akan berhenti dan membantu agar bisa berjalan lagi.
”Ini yang membedakan dan menjadi ciri yang tak ada duanya dengan pengguna motor lainnya. Saya pernah kehabisan uang dan bensin di Ngawi, Jawa Timur, saya ditolong oleh pengendara vespa yang awalnya tidak kenal dan sekarang seperti keluarga saja,” ungkap Owol, panggilan akrab Hari Setyawan .
Sedangkan ”sampah” yang menggantung di belakang dan depan vespa, menurutnya, bukan sampah yang mengotori jalanan. Para penggemar vespa ekstrem ini justru turut membantu pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kaleng bekas dan botol minuman yang dibawa ini sebenarnya dikumpulkan oleh merekadi jalanan. Setelah barang bekas terkumpul banyak, dijual ke tukang rosok. Sementara barang yang tidak laku, dibiarkan menggantung. ”Uang hasil penjualan barang-barang itu untuk beli bensin dan makan saat melakukan touring,” tandasnya.
Mengembara dari kota ke kota lain dan menyambangi komunitas pecinta motor buatan:Enrico Piaggio tahun 1884 ini,  tak pernah membawa bekal yang cukup. Maklum, penggemar vespa mayoritas adalah masyarakat dengan ekonomi kelas bawah. Mengumpulkan barang bekas adalah solusi mereka agar tetap bisa berjalan, selain berhenti di samping lampu merah untuk mengamen.
Syarat untuk menjadi anggota komunitas vespa ini sangat gampang, yakni memiliki vespa yang harganya murah, dan mau ngumpul. Sedangkan untuk iuran, komunitas ini tidak membatasi jumlahnya. Alasannya, menyesuaikan kemampuan ekonomi anggota. Iuran itu biasanya digunakan untuk kegiatan sosial, seperti membantu anggota komunitas yang sakit, anggota yang menikah, istri anggota yang melahirkan atau anggota yang benar-benar tidak mampu membeli beras. Tak ada aturan yang mengikat, karena komunitas ini memang tidak memiliki anggaran dasar maupun anggaran rumah tangga (AD/ART).
”Organisasi yang bebas tapi menjunjung tinggi kekeluargaan, itu semangat yang tak boleh hilang dari komunitas vespa. Kalau orang kaya bisa pamer kemewahan, kita bisa pamer kegembelan atau keekstreman,” tutur mereka berargumentasi. Memang harus diakui, tampilan vespa ekstrem merupakan bentuk kebebasan yang ditunjukkan oleh pemakainya. Meski anggotanya tidak dilarang menggunakan vespa jenis ini, dia menilai vespa ekstrem sebagai bentuk pemakainya yang ingin mencari sensasi tersendiri saat melintas di jalanan.